Pangkalpinang-kelekak.com – Sektor perikanan nila atau Tilapia di Kepulauan Bangka Belitung belum tergarap maksimal.Komoditas ekspor ini masih kalah dengan produksi udang vaname yang cenderung bersifat padat modal.
Kepala Seksi Analisa Statistik Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bangka Belitung, Arius Vitra mengungkapkan, tilapia dikenal juga sebagai “Aquatic Chicken” karena memiliki kandungan protein yang hampir setara dengan dada ayam atau kuning telur.
“Tilapia menjadi ikan budidaya yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia,” kata Arius dalam keterangan tertulisnya, Selasa (22/9/2025).
Arius menjelaskan, produksi tilapia di Bangka Belitung pada 2023 tercatat sebanyak 381,23 ton, masih di bawah vaname yang mencapai 8.807,18 ton dan lele 1.099,89 ton.Potensi pengembangan budidaya tilapia, lanjut Arius, terbuka lebar karena adanya pasar ekspor dan serapan dalam negeri yang didukung program makan bergizi gratis (MBG).
“Tilapia berpeluang jadi alternatif protein program MBG karena harganya terjangkau masyarakat. Sebagai perbandingan, harga udang vaname segar berkisar Rp.120.000 hingga Rp 200.000 per kilogram. Harga tilapia atau nila segar berkisar Rp 30.000 hingga Rp 48.000 per kilogram. Sementara harga lele segar berkisar Rp 24.000 hingga Rp 40.000,” beber Arius.
Berdasar data FAO 2022, Indonesia menempati posisi kedua terbesar sebagai produsen tilapia dunia setelah Tiongkok, namun ekspornya masih peringkat keempat, di bawah Tiongkok, Kolombia, dan Honduras.
“Perikanan budidaya kurang diminati karena berbagai faktor seperti minimnya pengetahuan dan teknologi modern, keterbatasan modal untuk investasi, infrastruktur penunjang yang tidak memadai termasuk akses ke pakan,” ujar Arius.
Menurut Arius, potensi perikanan tilapia perlu digarap maksimal karena sejalan dengan kebijakan Ekonomi Biru yang ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan terkait penangkapan ikan terukur berbasis kuota.Kebijakan ini diterapkan pertama dengan menetapkan zona-zona penangkapan ikan serta kuota maksimal ikan yang dapat ditangkap dalam satu musim.
“Ikan terukur berbasis kuota ini dimaksudkan untuk mengurangi tekanan atas eksploitasi laut dengan menerapkan penangkapan ikan yang terkendali. Juga bertujuan memberi kesempatan bagi laut untuk bereproduksi dan merehabilitasi potensinya,” jelas Arius.
“Maka budidaya perikanan darat perlu dilakukan dengan pasar yang terbuka luas, salah satunya tilapia,” pungkas dia.(rel)





